Debat Capres sebagai modal pilihan

Tak Ada Alasan Ragu Menentukan Pilihan Presiden

Opini
Bagikan:

T3lusur.com Jakarta Pemilihan presiden sudah di depan mata, dari ketiga kandidat sudah melakukan debat tiga kali. Dua kali debat calon presiden (capres)  dan sekali calon wakil presiden (cawapres)  dari debat itu seharusnya sudah bisa menilai seperti apa pemikiran para kandidat, sehingga hasil debat tersebut menjadi referensi bagi pemilih untuk menentukan siapa yang patut didukung.

Sekalipun memang, ada yang mengatakan bahwa hasil debat tidak mempengaruhi pemilih atau menjadi acuan untuk seseorang menentukan pilihan, ini benar kalau memang sudah menentukan pilihan dan menjadi pengikut capres tetapi bagi yang belum menentukan pilihan ini yang patut menjadi bahan pertimbangan.

Kalaupun ada yang mengatakan debat itu tak penting atau hanya sekedar pandai bicara, rasanya pendapat ini keliru. Menjadi seorang pemimpin harusnya tahu bagaimana isi kepalanya untuk memaparkan sebuah ide dan gagasan.

Apalagi seorang presiden yang memimpin bangsa yang besar ini, rakyat harus tahu apa yang mau dilakukan ketika menjadi presiden. Istilahnya jangan membeli kucing dalam karung sehingga tak tahu kucing garong atau kucing piaraan yang manis.

Debat ini ada manfaat yang bisa kita ambil antaranya memperluas sudut pandang, memperoleh solusi alternatif yang bervariasi dari sebuah permasalahan, melatih keberanian mengungkapkan pendapat, menambah wawasan, melatih berpikir kritis, logis, dan tangkas serta membantu kita menjadi orang yang lebih peka dan responsif

Nah, dari debat ketiga dari capres harusnya unggul Prabowo, kenapa, karena dia sudah menjadi menteri pertahanan,  dari apa yang dikerjakan itulah sebagai modal dalam memaparkan bagaimana mengelola pertahanan andai jadi presiden. Namun, rasanya sayang sekali sebagai rakyat tidak menemukan apa yang akan dikerjakan dan apa yang sudah dikerjakan sebagai Menhan dalam debat Minggu 7 Januari 2024.

BACA  Jacob Ereeste : Momentum Terbaik Bagi Polri Mereformasi Diri Untuk Menyembuhkan Trauma dan Hati Yang Terluka

Padahal sebagai orang yang meniti karier sebagai militer harusnya paham betul mengenai program ini, bukan malah membuat narasi bahwa pertahanan itu tidak boleh dibuka dan kalau dibuka membahayakan negara. Bukankah ini hanya bicara yang riil yang bisa dimengerti dan dipahami masyarakat bukan strateginya yang ditanyakan.

Kembali dengan debat selain, hasil debat yang bisa dipakai referensi dalam menentukan pilihan untuk presiden lima tahun ke depan, tentu rekam jejak juga menjadi penting sebagai bahan dalam memilih, ada tokoh agama yang mengatakan rekam jejak ini menjadi pertimbangan utama. Orang bisa berjanji muluk bahkan berbusa busa sehingga menghipnotis pemilih, namun lihatlah bagaimana selama mereka dikasih kesempatan memimpin.

Menarik dari ketiga kandidat capres ini masing-masing sudah pernah diberi jabatan. Capres nomor satu pernah jadi Gubernur DKI, bagaimana rekam jejaknya, bisa dirasakan masyarakat DKI tentu ada yang puas dan masih banyak yang tidak puas apalagi ketika dibandingkan dengan prestasi gubernur DKI sebelumnya.

Lalu capres nomor dua yang sudah menjajal panasnya dalam pemilihan presiden dan wakil presiden satu kali menjadi cawapres dan dua kali menjadi capres.  Pengalaman ini seharusnya menjadi modal bagaimana dalam debat dengan materi yang sudah ditentukan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Lalu, sebagai menteri pertahanan apa saja prestasi yang sudah dilakukan, sebagai rakyat tentu bisa menilai.

Bagaimana dengan pertahanan kita, lalu dengan kesejahteraan prajurit yang harus berjibaku menjaga kedaulatan negara di batas-batas wilayah NKRI serta di daerah-daerah terpencil, apa mereka sudah merasakan dari kebijakan Menhan tersebut.

Kandidat nomor 3, dari rekam jejak selama ini yakni dua kali menjadi anggota DPR RI dan dua kali menjadi gubernur Jawa Tengah, apa yang bisa dirasakan lalu bagaimana prestasinya. Tentang jejak rekam ini dengan adanya media sosial (Medsos) tidak bisa ditutup-tutupi, apa yang mereka pernah lakukan telanjang dan terang benderang bisa dilihat bagaimana pencapaian dan kegagalannya.

BACA  Membangun Jiwa dan Raga Bangsa

Pertimbangan lain yang kita pakai adalah siapa pendukungnya atau partai pengusungnya ini yang menjadi catatan penting, pengalaman 9 tahun lebih masa kepemimpinan Jokowi disisi lain dengan banyaknya partai pendukung akan memudahkan mengoalkan program pemerintah. Namun sayangnya suara penyeimbang untuk mengontrol pemerintah menjadi minim bahkan senyap. Padahal salah satu fungsi dari anggota DPR itu adalah pengawasan.

Sehingga pemerintah seakan berjalan tanpa ada yang mengontrol dari legislatif, tentu menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan pilihan agar pemerintah terus diawasi sehingga tidak ada kebocoran anggaran seperti selama ini ada kasus beberapa menteri yang tertangkap karena korupsi.

Dengan apa yang sudah kita lihat dan rasakan, harusnya tidak ada keraguan lagi bagi rakyat menentukan pilihannya siapa yang jelas rekam jejaknya, atau hanya sekedar karena emosi karena sekampung dan sama asal daerahnya terserah anda, yang penting gunakan hak pilih kita agar peran masyarakat dalam menentukan perjalanan bangsa menjadi tanggung jawab bersama.

Oleh Yusuf Mujiono Ketua Umum Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia

 

 

 

 

 

 

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published.