
Jakarta t3lusur.com Keyakinan terhadap janji Allah yang tak mungkin inkar, adalah bekal utama perjalanan kaum sufi menuju rumah Tahun. Demikian kata tokoh spiritual yang enggan disebut jati dirinya yang sungguh sepi dan sunyi dari hingar bingar publikasi yang dominan untuk membangun populeritas, bukan kualitas.
Tokoh kita ini, sungguh susah diajak dialog tentang keasyikan dirinya yang tak hirau dengan kegaduhan soal pilitik menjelang pesta demokrasi tahun 2024 yang semakin memanas.Bahkan masalah ekonomi yang semakin runyam pun, ia enggan berkomentar. Toh, semua realitas harus dihadapi, bukan digunjingkan, kata dia semakin tak acuh dengan apa yang akan terjadi kemudian.
Yang penting katanya kita harus eling lan waspodo, ujarnya dengan logat Jawayang medok. Padahal dia sendiri bukan berasal dari Jawa. Maka semakin sempurnalah kukira sosok misteri tentang dirinya yang unik — atau bahkan lebih terkesan eksentrik — karena dirinya jadi semakin sulit untuk sekedar didiskripsikan dalam narasi yang paling sederhana sekalipun.. Setidaknya, penulis sendiri semakin percaya bahwa di dunia ini sesungguhnya terlalu banyak hal-hal yang bersifat misteri daripada hal-hal yang kasat mata. Karena itu, semakin yakinlah penulis bahwa banyak hal harus dilihat dengan mata hati, didengar dengan telinga rasa, dan diraba dengan sentuhan sukma.
Kwcuali itu kukira, panca indra yang terlengkap sungguh tidak sepenuhnya nyata dalam arti yang kasat mata. Tapi juga ghaib dan misteri, tak terjamah oleh panca indra yang nyata ada itu, karena rupanya harus mampu dilihat secara cermat yang tak tampak itu, lalu mendengar yang yang tak bersuara, untuk kemudian meraba yang tak berwujud hingga merasakan semua warna yang tak manis, tak juga asin dan juga tidak asam. Namun tidak tawar.
Uniknya, tokoh kita ini suka hadir dan gemar melihat buruh dan mahasiswa aksi melakukan unjuk rasa. Meski tak pernah mau memberikan komentar, termasuk pada aksi tandingan yang berada di seberang sana. Bahkan dalam berbagai acara diskusi yang diselenggarakan para aktivis, dia pun terbilang rajin. Nyaris tak pernah absen. Walau seperti tak pernah bernafsu untuk pasang omong, sekedar untuk memperkenalkan diri misalnya, kalau pun tak hendak ikut pamer tentang ilmu dan pengetahuan barang sedikit agar bisa mengesankan punya wawasan yang luas. Dan peserta diskusi yang dominan itu itu juga peserta maupun pembicaranya, tidak juga hijau dan terusik pada kehadirannya, apalagi untuk merasa tertarik untuk sedikit mengetahui sosok dirinya yang penuh misteri itu.
Kecenderungan ini, tampaknya pun bukan karena masing-masing orang lebih sibuk dan asyik untuk memperkenalkan pikiran, gagasan, usulan, ide atau bahkan dirinya masing-masing agar tidak kalah populer dari tokoh lainnya, tetapi sesungguhnya, tokoh kita ini memang lebih suka menyembunyikan dirinya didalam keramaian, sehingga dia semakin yakin dan percaya bahwa dikeramaian itu tetap ada jalan sunyi yang terang dan terbentang lenggang bagi dirinya yang sering disebut banyak orang sebagai kaum sufi.
Jacob Ereste :
Wartawan Sinior
Banten, 11 Juli 2022