T3lusur.com Jakarta Perayaan Natal Nasional 2024 yang berlangsung di Indonesia Arena, Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta pada 28 Desember lalu meninggalkan kesan mendalam bagi umat Kristiani dan masyarakat Indonesia. Dengan tema “Marilah Sekarang Kita ke Betlehem,” acara ini tidak hanya menjadi momentum rohani tetapi juga simbol persatuan dalam keberagaman bangsa. Prof. Hoga Saragih, Sekretaris Jenderal Forum Masyarakat Emas (FORMAS), dalam keterangan tertulisnya menyoroti makna mendalam dari tema tersebut. “Tema ini mengajak kita kembali ke akar iman, yaitu kelahiran Yesus Kristus di Betlehem. Betlehem menjadi simbol kebahagiaan dan harapan baru yang harus kita bawa ke dalam kehidupan sehari-hari,” ungkap Prof Hoga dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Selasa (31/12).
Acara ini menampilkan seni dan budaya dari berbagai daerah, menggabungkan lagu Natal dengan lagu-lagu Nusantara. Kombinasi tersebut, menurut Prof. Hoga, menjadi elemen paling berkesan. “Ini memperkaya pengalaman rohani sekaligus mengingatkan kita akan keberagaman budaya Indonesia,” ujarnya.
Ia juga menilai bahwa elemen seni dan budaya yang ditampilkan cukup merepresentasikan keberagaman, meski menekankan pentingnya memberikan sorotan lebih kepada budaya dari kelompok minoritas. Interaksi lintas budaya selama perayaan ini, lanjutnya, memperkuat rasa persatuan. “Melalui kolaborasi berbagai elemen budaya dan agama, kita dapat merasakan bahwa meskipun kita berbeda, kita tetap satu dalam cinta dan kebersamaan,” tambahnya.
Kehadiran Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka beserta hampir semua Kabinet Merah Putih dalam acara ini memberikan pesan kuat tentang pentingnya toleransi dan keberagaman di Indonesia. “Pernyataan mereka memberikan harapan besar, terutama dalam konteks menciptakan negara yang lebih damai dan bersatu,” jelas Prof. Hoga. Lebih lanjut, ia berharap perayaan ini menjadi momentum bagi umat Kristiani untuk menghidupi nilai-nilai kasih, kerendahan hati, dan persatuan yang diajarkan oleh Yesus Kristus.
“Perayaan ini harus mempererat hubungan antarumat beragama dan meningkatkan kontribusi positif bagi bangsa melalui tindakan nyata,” tegasnya.
Prof. Hoga melihat perayaan ini sebagai peluang untuk mendorong inisiatif sosial di masyarakat. “Setelah perayaan ini, mungkin akan muncul lebih banyak program bantuan sosial, penyuluhan hidup berbagi, atau penggalangan dana untuk mereka yang membutuhkan,” katanya. Ia juga menyarankan agar program sosial pasca-acara lebih terorganisir untuk memberikan dampak nyata kepada masyarakat.
Dalam evaluasinya, Prof. Hoga memberikan apresiasi tinggi terhadap pelaksanaan acara ini yang dinilainya sangat baik. Namun, ia menyarankan agar dialog antarumat beragama diperkuat di masa depan, sehingga lebih banyak elemen masyarakat yang merasa terlibat. “Pemerintah juga dapat mendukung perayaan keagamaan di daerah-daerah terpencil dengan menyediakan fasilitas yang memadai. Hal ini akan memperkuat rasa kebersamaan,” pungkasnya.
Perayaan Natal Nasional 2024 membuktikan bahwa nilai-nilai cinta, damai, dan kebersamaan tetap relevan untuk dipupuk di tengah keberagaman Indonesia. Momen ini diharapkan menjadi inspirasi untuk terus menjaga harmoni dan solidaritas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. (NI)