Rayakan HUT Kemerdekaan Ke 79 Tahun Pewarna Gelar Orasi Kebangsaan dan Gelar Budaya Menyatukan Dalam Perbedaan

Liputan
Bagikan:

T3lusur.com Jakarta Pekikan merdeka menggema di ruangan Sangha Teravada saat Persatuan wartawan Nasrani (PEWARNA) Indonesia bekerjsama dengan Wisma Sangha Teravada menggelar Orasi kebangsaan dan gelar budaya mengangkat tema “Membangun tata nilai peradaban nusantara mengisi 79 tahun kemerdekaan Indonesia’ di gelar di wisma Sangha Teravada, Jalan Margasatwa 9, Pondok Labu Jakarta Selatan Jumat ( 16/8/24)

Orasi kebangsaan dan gelar budaya di buka dengan nyanyian Indonesia raya serat dilanjutkan doa oleh Banthe Dhamosubho Mahatera pimpinan Sangha Teravada. Saat menyampaikan refleksi Banthe mengingatkan kembali akan keagungan bangsa kita dengan mencontohkan warisan luhur yang merupakan salah satu warisan dunia yakni Candi Borobudur.

Selain itu Banthe juga menjelaskan akan adanya kebangkitan spiritual yang akan berganti setiap 500 tahun sekali, di mana diawali kebangkitan dari dunia tiimur, dunia barat dan dunia tengah yang kemudian disebut Timur Tengah. Dan seterusnya akan berulang kembali waktu itu.

Ketika mengingat sejarah kebesaran leluhur kita tentu ini menjadi modal yang bisa diingat kembali bahwa bangsa kita ini memiliki warisan seni budaya, bahasa dan sastra yang adiliuhung. Warisan itulah yang harus kita kerjakan kembali untuk membangun bangsa ini.

Lagi pesannya dalam refleksi, kemerdekaan Banthe menyitir sebuah sastra yang sudah sering didengar jika jadi orang miskin jangan melawan orang kaya, jika jadi orang kaya jangan melawan penguasa, jika jadi penguasa berlakukan adil dan menjunjung undang-undang yang ada, imbuhnya.

Sugeng Teguh Santoso Ketua Indonesian Police Wacth (IPW) yang juga anggota DPRD Kota Bogor terpilih ini tahun 2024, saat menyampaikan orasinya cukup kritis bagaimana Sugeng menyorot kondisi kondisi politik hukum yang memprihatinkan. Bagaimana hak-hak rakyat dirampas terutama hak atas tanah. Pun, demikian dengan politik hukum saat ini masih jauh dari harapan. Tentu sebagai praktisi hukum dan sekaligus politisi Sugeng merasa ada ketidakadilan di negeri ini. Artinya, sebagai warga negara harus bisa menyampaikan kritik bahkan memperjuangkan adanya ketidakadilan tersebut.

BACA  Koperasi Desa Merah Putih idealnya Dapat Segera Dioperasionalkan

Sementara Setyo Hajar Dewantoro Ketua umum Perkumpulan Pusaka Indonesia bahwa bicara kemerdekaan masih jauh dari harapan di negara yang agung yang kaya akan sumber alamnya ini. Namun demikian kita tidak perlu juga teriak-teriak demo di lapangan terbuka. Bagi Perkumpulan Pusaka yang dilakukan adalah terus berbuat mengelola sumber daya ada sekaligus memelihara kearifan lokal baik tanaman, budaya dan sebagainya.

Mengembalikan nilai nilai luhur warisan nusantara yang gemah ripah loh jinawi ini harus tetap diupayakan dari kita semua. Dengan terus berbuat baik dan mengelola alam dengan semangat kebersamaan dengan landaskan nilai-nilai Pancasila niscaya akan menemukan momentum yang tepat agar Indonesia Raya dan Jaya.

Yusuf Mujiono Ketua Umum Pewarna dalam kata pengantarnya mengajak agar bangsa ini tetap rukun karena di mana ada persatuan dan kerukunan berkat Tuhan dicurahkan. Seperti saat ini sekalipun berbeda-bedalatar belakang etnis, suku, agama dan budaya tetapi tetap bisa duduk bersama sebagai satu anak bangsa.

Selain tiga narasumber ada empat lagi yang merefleksikan sekaligus meresponi setelah 79 tahun Indonesia Merdeka antaranya Djasarmen Ketua Umum MUKI, Pdt. Harsanto Adi Ketua umum Asosiasi Pendeta Indonesia (API), Ketua Umum Cahaya Kebangkitan Nusantara (CKN) dan Ketua umum Gerakan Cinta Indonesia (Gercin) Hendrik Yance Udam.

 

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *