Jagat Raya, Manusia Yang Berpusat Pada Tuhan

Opini
Bagikan:

T3lusur.com Jakarta Pendidikan yang mengatahkan pada keterampilan memang ajan menghasilkan tukang. Pendidikan yang menekankan pada kecerdasan intelrktual hanya akan menghasilkan pemikir (perancang, pengagas, penebar ide dan gagasan), tapi dalam prakteknya (implementasi) cenderung lemah.

Itulah orientasi pendidikan berbasis keterampikan dan intelektual. Akan terapi pendidikan yang berbasis akal budi, batin, olah rasa, ketajaman intuisi, kepekaan kepedulian — yang kesemyanya berbasis kecerdasan spiritual atau jiwa — memiliki ketajaman atau kepenakaan daya abstraksi terhadap rahasia langit. Sehingga tidak cuma tersuruk di bumi yang bergelimang harta, benda, nafsu kekayaan, kekuasaan, ketamakan, kerakusan, kedengkian, kecemburuan dan hasrat untuk menggenggam semua yang bisa diperoleh tanpa perduli terhadap hak orang lain. Apalagi dengan hak alam raya yang harus dijaga kelestarian dan harmonisasinya sebagai penyeimbang bagi makhluk yang ada di dalamnya.

Mekanisme kehidupan makhluk dan jagat raya dengan seisinta tidak bisa dipahami sebagai bagian yang hidup atau berdiri sendiri. Antara yang satu dengan yang lain memiliki keterkaitan dan ketergantung yang harus saling mengisi hingga akhirnya bertaut dengan keluasaan Tuhan sebagai pencipta alam semesta dan malhluk-makhluknya yang ada.

Karena itu interaksi manusia dengan manusia, termasuk dengan semua makhluk ciptaan Tuhan launnta dapat menjadi obyek permenungan terhadap betapa Kekuasaan dan Keesaan Tuhan sebagai penguasa jagat bagi manusia tak lupa diri dan pongah. Apalagi sampai semena-mena dan zalim.

Pemahaman pada petuah para leluhur bahwa keharusan untuk belajar itu adalah sepanjang hayat, artinya dapat dipahami agar semakin mendekat diujung usia bisa lebih bijak, ugagari serta tawadduk, bahwa sesungguhnya ialah kebahagiaan, keharmonisan yang terus hidup dan menyala menerangi kehidupan yang hakiki, senantiasa bertaut dengan alam dan Yang Maha Pencipta. Sehingga egosentrisitas diri dan kemanusiaan kita dapat selalu terjaga, sebagai khalifah — wakil Tuhan yang mulia di bumi.

BACA  Capres Programnya Apa ?

Setidaknya, pemahaman terhadap rembulan dan matahari serta seluruh planet yang bertaut dengan bumi, bisa dipamahi selalu bertasbih kepada Yang Maha Kuasa yang juga telah menciptakannya, termasuk diri kita, sebagai manusia yang waras.

Penulis Jacub Ereste Wartawan sinior dan pengamat sosial politik
Banten, 16 Juli 2024

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *