Oleh : Jacob Ereste
T3lusur.com Banten Tema peringatan hari Kebangkitan Nasional tahun 2024 setelah 116 tahun dari tonggak sejarah yang dianggap penting penting itu, baru resmi dinyatakan sebagai hari libur nasional pada 20 Mei 1959 — setelah 51 tahun kemudian. Dalam tenggang waktu sepanjang itu bisa dikata perenungan maknanya yang terdalam baru disadari, perlu untuk dikenang agar nyala api semangat yang membara di dalamnya tidak padam.
Kini, setelah 116 kemudian sejak 1908 yang mengacu pada momentum berdirinya Budi Utomo, nyala api dari Kebangkitan Nasional bagi bangsa Indonesia ini diharap mampu menyulut api kebangkitan untuk Indonesia Emas. Situs resmi pemerintah lewat Kemenkominfo RI telah merilis tema peringatan Hari Kebangkitan Nasional 2024.
Kebangkitan Nasional yang menandai kesadaran nasional sebagai manusia Indonesia ditandai dengan berdirinya Budi Utomo pada 20 Mei 1908 serta diperkuat oleh ikrar Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, dua puluh tahun lebih kemudian.
Kebangkitan Nasional ini jelas ditandai tampilnya kaum intelektual dan para leluhur bangsa Indonesia terpelajar yang sadar untuk bangkit dan memperoleh hak kemerdekaan serta hidup yang layak, seperti kemudian yang dituangkan dalam UUD 1945 serta melalui sila-sila Pancasila yang patut dan perlu dijadikan pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Masalahnya memang menjadi lain, ketika UUD 1945 dan Pancasila diabaikan — tidak dipedomani sebagai petunjuk hidup dan berkehidupan — bagi bangsa maupun penyelenggara negara Indonesia. Dalam historisnya Budi Utomo dianggap sebagai pelopor dari rasa kebangkitan nasional ketika itu pun tidak sepenuhnya dapat diterima oleh segenap suku bangsa nusantara karena keanggotaan dari Budi Utomo hanya sebatas etnis dan teritorial Jawa semata. Karena itu, sandingannya yang lebih layak adalah Sarekat Islam yang memiliki anggota di seluruh wilayah Hindia Belanda.
Sarikat Islam sebagai organisasi massa pertama dan tertua di Nusantara ketika itu — hingga sejak 17 Agustus 1945 sepakat disebut Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) — didirikan oleh Haji Samanhudi di Surakarta pada 16 Oktober 1905 dengan nama awal Sarekat Dagang Islam. Hingga tahun 1920 resmi menjadi partai politik bersama Partai Syarikat Islam Indonesia yang digagas oleh Presiden Lajnah Tanfidziah yang terpilih pada Kongres Pertama Sarekat Islam pada 20 Januari 1913, di Surabaya.
Pada giliran berikutnya baru menyusul kemudian Kongres Pemuda pada 28 Oktober 1928 yang me deklarasikan Sumpah Pemuda, yaitu satu bangsa, satu negara dan satu bahasa Indonesia. Jadi esensi dari makna kebangkitan nasional bagi bangsa Indonesia hari ini — yang dikaitkan dengan hasrat menuju Indonesia Emas — wajib didukung dan mendapat perhatian dari segenap komponen bangsa agar cita-cita luhur yang segera terwujud.
Lalu seperti apa upaya yang bisa dilakukan untuk menggunakan energi heroik dari kebangkitan nasional guna mendukung upaya menuju Kebangkitan Indonesia Emas yang masih sangat abstrak sifat dan wujudnya itu ?
Sebab target capaian dari wujud Indonesia Emas harus rinci dan terukur bentuk serta waktunya yang harus dilakukan secar bertahap, sehingga tidak menjadi dongeng semata kelak dikemudian hari, tatkala saatnya sudah mendesak untuk dievaluasi. Sebab wujud nyata dari Indonesia Emas itu bukan sekedar berkilau dalam bidang ekonomi, tapi juga politok, budaya dan agama yang tidak lagi merasa masih mendapat perlakuan yang diabaikan, atau terhinakan seperti anak terlantar dan fakir miskin yang tetap panggah mengkhayalkan dapat ikut untuk mencerdaskan diri sendiri, seperti amanah konstitusi Indonesia yang belum pernah dapat diwujudkan pemerintah sampai hari ini.
Jika target waktu Indonesia Emas harus terwujud pada tahun 2045 — setelah se abab Indonesia Merdeka, 106 setelah Sumpah Pemuda dan 137 setelah sejak Kebangkitan Nasional yang menjadi rujukan bangsa Indonesia hari ini selama 21 tahun ke depan, itu artinya jelas yang perlu segera dipersiapkan adalah generasi yang lahir pada ini tidak lagi boleh ada stunting, dan tanpa pernah absen untuk terus ikut belajar di disekolah formal dan sekolah non formal. Bila tidak, maka itu semua cerita ini kelak akan menjadi dongeng atau omong kosong belaka.
Banten, 19 Mei 2024