Asu

Kasihan ‘ASU’ itu

Opini
Bagikan:

T3lusur.com Jakarta Asu itu sebutan nama anjing dalam bahasa Jawa, emang Asu atau anjing ini di kampung yang liar terkadang doyan segala makanan termasuk kotoran manusia. Barangkali itulah sehingga nama Asu ini di konotasikan negative untuk mengumpat seseorang yang dianggap merugikan.

Seperti   yang telah dibuktikan melalui penelitian Ho-Abdullah (2011) dengan meneliti 35 peribahasa yang menggunakan kata anjing sebagai metafora untuk merepresentasikan sikap, watak, sifat, atau perangai manusia yang cenderung negatif. Inilah beberapa peribahasa yang berkembang Anjing diberi makan nasi takkan kenyang” yang artinya nasihat akan sia-sia diberikan pada orang jahat; (2) “Melepaskan anjing tersepit, sudah lepas dia menggigit” yang artinya membantu orang yang tidak tahu berterima kasih (malah menjahati); (3) “Anjing menggonggong kafilah berlalu”yang artinya mengabaikan orang lain berbicara, mencemooh, atau mempergunjingkan seseorang.

Rupanya bangsa Indonesia lebih mendasari anjing itu di konotasikan negative makanya kebanyakan orang memakai istilah anjing tersebut dengan berbagai bentuk perkembangan istilah sekarang seperti anjay, anjrit dan sebagainya.

Padahal Anjing dari hasil penelitian beberapa ahli merupakan hewan yang paling setia,  Mengutip laman Breeding Business,  Selasa (25/10/22), berikut beberapa alasan yang didukung oleh sains untuk menjelaskan alasan kesetiaan anjing.

Apa alasan pertama karena anjing menyukai pemiliknya, anjing memiliki empati pada pemilik, anjing butuh pemiliknya dan anjing menganggap pemiliknya sebagai keluarga.

Berangkat dari sifat anjing ini, maka istilah Asu sebagai bahasa umpatan rasanya ngga pas, tetapi itulah kadung tersemat khususnya di rumpun Melayu.

Dalam bukunya, Lakoff dan Turner (1989:193-194) mengemukakan bahwa anjing dalam peribahasa Barat mewakili karakter setia, dapat diandalkan, dan tergantung (loyal, dependable, and dependent).

BACA  Jacob Ereste : Media Berbasis Internet Belum Mampu Dilihat Sebagai Bagian Dari Potensi Pembangunan Bangsa Untuk Bangsa

Konotasi positif semacam itu dapat ditemui pada peribahasa Barat, seperti a good dog deserves a good bone (anjing yang baik berhak mendapatkan tulang yang bagus), to live long, eat like a cat, drink like a dog (agar berumur panjang, makanlah seperti kucing, minumlah seperti anjing), atau if you are a host to your guest, be a host to his dog also (jika Anda adalah tuan rumah bagi tamu Anda, jadilah tuan rumah bagi anjingnya juga)

Tetapi, sekalipun anjing oleh orang Barat  dikonotasikan positif tetap saja di kalangan orang Jawa dan sebagaian orang Melayu anjing sebagai bentuk umpatan. padahal di kenyataannya banyak orang memeilihata Anjing ini sebagai penjaga rumah dan hewan piaraan yang menyenangkan karena sikapnya yang baik kepada tuannya.

Makanya kalau istilah Asu bisa diartikan positif atau negatif tinggal maksud dan tujuan yang menggunakan umpatan tersebut. Seperti budayawan Butet yang sering mengumpat dengan kata ‘ASU”.

Oleh Yusuf M

 

 

 

 

 

 

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *