forum negarawan

Forum Negarawan Bareng Putri Bung Hatta Lakukan Ziarah dan Renungan Kepemimpinan Nasional 2024

Liputan
Bagikan:

T3lusur.com Jakarta Forum Kenegarawanan kembali menggelar kegiatan kepedulian bangsa dan negara. Kali ini menggelar acara Ziarah dan Renungan Kepeminpinan Nasional 2024 di Makam Bung Hatta di TPU Tanah Kusir, Jakarta, Rabu (11/10/2023) sore.

Acara dirangkai dalam dua tahap yakni pertama ziarah dan tabur bunga di makam Bung Hatta. Dilanjutkan Renungan Kepemimpinan Nasional 2024 berlamgsung di beranda kompleks makan.

Tabur bunga diawali dengan Prof. Meutia Hatta (putri sulung Bung Hatta) didamping Eko Sriyanto Galgendu selaku Koordinator Forum Kebangsaan. Selanjutnya Jend Purn Tyas Sudarto (mantan KSAD), Komjen Dharma Parengkun, Prof. Yudhie Haryono dan seluruh rombongan.

Sebelumnya Eko Sriyanto Galgendu mewakili Forum Kenegarawan dalam sambutannya mengatakan bahwa kita menyelenggarakan acara Ziarah dan Renungan Kepemimpan Nasional 2024 di Makam Proklamator Bung Karno. Terimakasih atas kehadiran Prof Meutia dari keluarga dan juga seluruh yang hadir.

“Ziarah ke Bung Hatta ada makna kejujuran dan keiklasan yang kita petik bersama. Beliau meyakinkan dan memberi makna tanggung jawab berbangsa dan bernegara adalah segalanya. Apa yang bisa kita perbuat kepada bangsa, meneladani beliau,” ungkapnya.

Bung Karno dan Bung Hatta, berdua selalu seia sekata. Sampai kapan pun bangsa kita nama mereka tetap terpatri di hati dan dalam jiwa anak bangsa. Sebagai penghormatan akan Bung Hatta, Eko melakukan sembah karna (perhomatan pemimpin ke pemimpin pendahulu, sembah jiwa (penyatuan jiwa) dan hormat prajurit.

“Bagi kami Bung Hatta adalah pemimpin bangsa sebagai raja. Kedatangan kita ziarah melecut semangat, kewibawaan dan kehormatan. Itu modal untuk menyelamatkan bangsa,” tukasnya. Kehadiran Prof. Meutia Hatta kata Eko menambah energi dan semangat di Forum Kebangsaan.

Mewakili keluarga Prof. Meutia Hatta menyempaikan terimakasih atas kehadiran tokoh-tokoh; Eko Sriyanto Galgendu, Prof. Yudhie Haryono, Jenderal Purn Tyas Sudarto, Komjen Dharma Parengkun dan yang lainnya. Keluarga Bung Hatta senang sekali atas gagasan Forum Kenegarawan untuk mewujudkan acara ini.

BACA  Tantangan Era Digital Dalam Konsep Bela Negara

“Kita memerlukan pemikirin cemerlang untuk bangsa dan negara. Apalagi sebagai negarawan ketika dapat anugerah menjadi pemimpin bangsa. Tidak semua punya kesempatan, walau ada darah pemimpin. Kesempatan itu diberikan Tuhan. Karena itu, kesempatan memimpin harus dilakukan dengan baik sebab Kalau tidak baik pertanggungjawaban nanti dihadapan Tuhan,” ujarnya mengingatkan.

Bung Hatta mencontohkan seorang pemimpin adalah orang yang mencintai tanah air dan negaranya. Dengan adanya forum kenegarawanan ini Meutia berharap kembali kita bisa berpikir sebagai bangsa Indonesia menjadi tokoh-tokoh, ilmuan, tentara dan proesi lainnya, yang tampil memikirkan bagaimana bangsa Indonesia maju.

“Seperti Kata Bung Hatta bahwa kita harus menjadi tuan di negeri sendiri. Seorang pemimpin harus rela berkorban. Kita memasuki tahun politik 2024 harapan kita bisa menghadirkan pemimpin bukan pejabat tok, yang berpegang kepada UUD 1945 yang benar,” tegas istri Prof. Edi Swasono yang juga anggota Forum Kenegarawan.

Pada kesempatan itu, Meutia menceritakan jasa Presidan Soeharto yang berkenan mendesain sendiri makam Bung Hatta. “Pak Harto yang membangun makam ini dan Bung Karno yang menikahkan ayah,” ujarnya mengenang.

Kemudian acara berpindah ke beranda kompleks makam, untuk menggelar Renungan Kepemimpinan Nasional 2024 yang menampilka Jend. Purn Tyasno Sudarto, Dr. Sayuti dan Komjen Dharma Parengkun.
Mengawali Dr. Sayuti mengutip pandangan para sejarawan yang mengatakan bahwa hubungan energi Soekarno-Hatta yang membuat Indonesia ada.

Keterikatan proklamator ini sebuah hubungan yang luar biasa. Yang satu dengan pidato mengelegar dan gelora dan yang satunya tampil kalem dan rendah hati. Mereka saling melengkapi.

“Kalau hari ini ada pemimpin orang-orang seperti Bung Karno dan Bung Hatta maka kita bisa mempersiapkan Indonesia terus ada maju. Kita yang ikut ziarah hari ini adalah penjaga-penjaga Indonesia. Jika ada yang bengkok, kita juga harus tampil meluruskan,” bebernya.

BACA  LP3BH Mendesak Kapolda dan Kajati Papua Barat Memberikan Perhatian Operasionalisasi BUMD Pemprov Papua Barat

Sementara Komjen Dharma Parengkun memulai dengan mengingatkan harapan dan kekuatiran Bung Hatta. Kekuatiran Bung Hatta bukan tanpa latarbelakang, Bung Hatta sudah tahu apa yang terjadi ke depan, seperti saat ini kita alama. Spirit Bung Hatta meski tidak terlihat tetap ada.
Apa yang disampaikan Ibu Mutia tadi bahwa seorang pemimpin buka mengejar kekuasaan tetapi seorang pemimpin harus rela berkorban untuk mendudukkan rakyat jadi tuan di negeri ini. Tidak malah mengorbankan rakyatnya.

“Saya merasak sejak dulu, bahwa rakyat dikorbankan. Sejak kecil kita diadu, dengan angka. Itu membuat sistem ini berubah sistem korup, permainan juga lewat ilmu statistik. Justru spirit itu yang bergerak.”

Lebih jauh Parengkun mengkritik keras bahwa globalisasi itu by design. Maka tokoh agama harus tampil menjadi penjaga. Terbitnya UU Kesehatan, Omni Bus Law justru menghilangkan hak kita. Tidak hanya itu, amendemen tahun 2002 merupakan jalan masul karpet merah untuk import dan itu terkait kapotalis. Tahun 2045 dikatakan ada bonus demografi anak muda, menurutnya itu omong kosong.

“Ramai-ramai kita mendukung calon A, B, C di Pemilu 2024, saya katakan tidak menjamin kepentingan Anda diakomodir. Sama saja mereka tetap memakai lingkungan circle sendiri. Tidak ada seleksi alami tapi semua by desain. Karana sangat sedikit pemimpin negarawan dan pemimpin nasionalis sekarang,” kritiknya tajam.

Tampi narasumber terkhir Jend. Purn. Tyasno Sudarto memandang bahwa acara ini sangat penting. Menurutnya apa yang disampaikan tokoh-tokoh sebelumnya sangat luar biasa.

Pertanyaannya, kalau kita berjuang caranya bagaimana? Indoneaia ini lahir bangsa (17 Agustus) dulu baru negara (18 Agustus). “Saran saya dan ini juga intisari adalah kunci untuk Indonesia maju. Kunci itu ada dua sisi yaitu sistem dan pemimpin harus bagus. Bicara sistem kita harus kembali UUD 1945 dan tidak ada cara lain. Kedua bicara pemimpin maka dia harus seorang Pancasilais sejati,” pungkas KSAD TNI Tahun 2002 ini.

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published.