T3lusur.com Jakarta Kesadaran akan kembalinya kejayaan negeri tercinta Indonesia berlandaskan pancasila dengan semangat gotong royong dan persaudaraan selalu diejawantahkan oleh tiga lembaga ini antaranya Perkumpulan Pusaka Indonesia, Persaudaraan Matahari dan Nusantare Center. Di mana tiga lembaga ini menggali dan menghidupi dengan mengangkat nilai-nilai luhur bangsa dengan mendudah kembali budaya yang adiluhung.
Kisah-kisah heroic dan kecerdasan dan keberanian para leluhur bangsa ditampilkan baik melalui sajian tembang, tarian maupun pertunjukan drama dan sendratari. Setelah menggelar pertunjukan budaya Tiga lembaga ini sebelumnya telah memetik sukses dengan menggelar pagelaran budaya kebangkitan Pancasila Juli 2023 yang lalu di tempat yang sama. Untuk mengulang sukses yang sama kembali tiga lembaga ini berkolaborasi menggelar sebuah pertunjukan budaya dengan mempersembahkan sendara tari Sumpah Amukti Palapa, Minggu 1 Oktober 2023 bertempat di gedung Auditorium Radio Republic Indonesia (RRI) Jalan Merdeka Jakarta Pusat.
Sebuah acara yang sekaligus memperingati hari Kesaktian Pancasila, mengambil tajuk “Pagelaran Pancasila Sakti – Menyalakan Api Pancasila di Sanubari Bangsa Indonesia”.
Menurut panitia mengapa acara ini penting karena kita sudah lama meninggalkan cara hidup berbangsa, bernegara bermasyarakat yang dilandasi dengan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam pancasila. Maka menghidupkan kembali Pancasila sebagai jalan spiritual bangsa Indonesia adalah satu-satunya agar kita bisa mengembalikan kejayaan nusantara menjadi kenyataan.
Pagelaran sendratari amukti palapa juga diisi narasi dari direktur Nusantara Center Prof Yudhie Haryono. Dalam orasinya Prof Yudhie Pidato itu jelas, tanda ia sudah lupa, tak paham, tak mengerti dan rabun konstitusi. Tanda ia bangga jadi pengkhianat rakyat. Tanda jadi maling kundangnya para pendiri republik. Tanda ia rela jadi gedibal konglomerat. Tanda ia senyum jadi “hit man” yang menjual murah kedaulatan manusia dan negaranya. Tanda tak merdeka!
Jika dirunut lebih jauh, tentu ini buah dari projek lanjutan kolonial yang menjelmakan praktek depedensi (dependency theory) dalam hubungan antar negara. Dus, yang dimaksud ketergantungan adalah keadaan di mana kehidupan ipoleksosbudhankam negara bekas jajahan disetir oleh ekspansi bin invasi dari negara penjajah; singkatnya negara jajahan baru tersebut hanya berperan sebagai penerima akibat saja (Titonio Dos Santos, 1970).
Di negara postkolonial inilah program kolonialisme baru dititahkan: produksi masyarakat konsumeris, anti industri, anti proteksi, utang luar negeri, menyembah investasi, inward looking, westernisasi, pembangunanisme dan infrastrukturisme. Tak ada lagi bangun jiwa, perluasan kapasitas kecerdasan manusia dan theo-eko-antrocentris dalam tata kenegaraan.
Di mana rakyat dan kedaulatan negara? Dibuang ke selokan. Elitenya berlomba-lomba jadi penjahat kemanusiaan semesta. Lahirkah anak-anak haram perekonomian (5K): kemiskinan, kepengangguran, kesakitan, kebodohan dan ketimpangan.
Proses ini distrukturkan di pusat-pusat pemerintahan, sekolahan dan rumah ibadah. Lewat kurikulum, media dan agensi yang dikampanyekan setiap hari. Lahirlah komunitas epistemik rabun konstitusi, alpa pancasila. Terjadilah the end of ideology (Daniel Bell, 1960).
Ya. Kesaktian penjajah sudah tak tertandingi. Ideologi perlawanan sudah kalah, tunduk, menyerah dan mengamini keniscayaan global yang neoliberalistik. Penjajahan baru saat ini telah menggurita dan menghegemoni. Artinya, ideologi perlawanan telah mati dan tak berdaya. Tentu saja, runtuh dan gagalnya ideologi perlawanan (islamisme, komunisme, sosialisme, sinkretisme dll) dalam membangun negeri jajahan, memberikan ruang agresi yang jauh lebih luas bagi neoliberalisme untuk mendeklarasikan kepenguasaannya terhadap dunia.
Lalu, kurang lebih 29 tahun kemudian, Francis Fukuyama (1989) merumuskan duni via bukunya menjadi The End of History. Yes. Selesai sudah cerita “perang dan pertempuran” untuk menjadi satu tata dunia terbaru: global kapitalisme. Kisah dari benturan peradaban dan perang global (clash of civilizations) telah selesai. Teori yang dikemukakan oleh ilmuwan politik Samuel P. Huntington (1992) sudah terbukti valid dan merealitas.
Di kita, semuanya menuju postulat “Republik Darurat Nasional.” Apa itu RDN? Apa solusinya?
RDN adalah kondisi di mana ipoleksosbudhankam kita tidak bekerja maksimal untuk memastikan hadirnya nilai spiritualitas, humanitas, kebersatuan/kegotong royongan, musyawarah mufakat dan keadilan sosial. Semua hanya untuk uang, dari uang dan oleh uang.
Maka, cara menghancurkannya adalah dengan menghadirkan postulat negara pancasila. Postulat ini dikerjakan lewat 3 hal: studi atlantik sebagai ontologi; studi nusantara sebagai epistemologi; studi indonesia sebagai aksiologi.
Sedangkat Setyo Hajar Dewantoro guru atau pimpinan Pusaka Indonesia dan Perkumpulan Matahari mengajak masyarakat menerapkan Nang, Ning, Nung, Neng dan Gung di mana Nang artinya wenang atau tenang, Ning artinya hening, nung artinya kasinungan, Neng artinya heneng atau ketenangan dan gung itu keagungan.
Karena itulah, ia bisa hidup mulia dengan memberikan manfaat untuk seluruh makhluk dan alam semesta (rahmatan lil ‘alamiin).
Dengan begitu ia juga bisa meraih kehidupan yang sejati, selalu kecukupan, tenteram lahir batin, dan tetap menemukan keberuntungan dalam hidupnya (meraih ngelmu bejo). Dan pada tahapan inilah seseorang baru akan menemukan jawaban yang benar tentang siapakah dirinya dan siapa pula Tuhannya yang sejati.
Kemudian Ki guru Setyo juga mengajak kepada semuanya tidak perlu mengkritik keras apalagi kasar kepada pemerintah, tetap cukup dengan buktikan dengan karya. Kalau di negeri ini masih ada orang-orang yang mencintai bangsa dan terus merawat dan memeilihara Pancasila, pungkasnya.