Oleh Yusuf Mujiono
T3lusur.com Jakarta Bondo artinya kekayaan atau harta namun kata ini akan memiliki makna yang lebih luas jika disandingkan dengan kata lainnya. Misalnya Bondo Nekad artinya punya kemauan yang kuat, Bondo Bandu artinya banyak kekayaan dan sebagainya. Kembali kepada desa Bondo yang terletak di Kelurahan Bangsri Kabupaten Jepara, Jawa Tengah ini tepatnya di kawasan pesisir laut utara Jawa memang termasuk unik di tengah kehidupan masyarakat Jepara dengan kawasan Islam yang taat tersebut, masih ada suatu desa yang masyarakatnya penganut Nasrani.
Tentu keberadaan Bondo ini menjadi kekayaan Kabupaten Jepara yang mengusung tentang kebhinekaan sebagai bangsa Indonesia, sekaligus Jepara menunjukan bahwa umat beragama selalu bisa bersanding, dan ini keunggulan sebagai bangsa Indonesia yang semakin menguatkan adanya semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Kekayaan keberagaman yang sulit ditemukan di negara lainnya ini, kita harus rawat dan jaga. Seperti keberadaan desa-desa yang menyimpan keunikan antaranya Bondo di mana rata-rata warganya menganut Kristen ini. Agar tetap terawat eksistensinya, keunikan desa atau daerah, maka perlu upaya beberapa pihak baik masyarakatnya sendiri, dibantu kebijakkan pemerintah daerah serta semua yang berkepentingan.
Bicara keberagaman tanpa adanya eksistensi suatu daerah, tidak akan nampak nyata. Mengutip pernyataan Gibson, Ivancevich, dan Donnelly, berpandangan bahwa keberagaman adalah perbedaan fisik dan budaya yang sangat luas yang menunjukan aneka macam perbedaan manusia. Dengan apa yang disampaikan Gibson, Ivancevich dan Donnelly ini merujuk dan bisa diartikan salah satu perbedaan itu dipengaruhi dengan lokasi atau tempat daerah mereka tinggal atau kearifan lokal.
Kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai suatu kekayaan budaya lokal yang mengandung kebijakan hidup, pandangan hidup yang mengakomodasi kebijakan dan kearifan hidup (Kemdikbud, 2016). Sedangkan menurut Akhmar dan Syarifudin (2007) kearifan lokal merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan tempatnya hidup secara arif.
Maka, jelas sudah agar keberagaman itu tetap terawatt, maka upaya yang dilakukan bagi masyarakat Bondo Kabupaten Jepara ini harus menghidupi tata nilai warisan leluhurnya dengan ciri kekristenan.
Festival Bondo
Bondo sebuah kampung yang didirikan sebagai komunitas Kristen awalnya, warganya memiliki tanggung jawab memelihara dan melestarikan tata nilai Kristus. Seperti yang diwariskan para leluhurnya antaranya oleh Kyai Tunggul Wulung, Laut Gunowongso dan para pendahulunya.
Kyai Tunggul Wulung dalam tradisi lisan yang terkenal dengan rapalnya mengajarkan pada pengikutnya Dengan doa atau bacaan nama Tritunggal Mahakudus itu, bahkan jagad rat ini harus diruwat, ibu pertiwi harus disucikan kembali, supaya lempanglah jalan menyambut Kerajaan-Nya di bumi: “Lêmah sangar, aku angkêr, upas racun dadi tåwå, idi Gusti manggih slamêt selaminyå” (tanah dan kayu angkêr serta racun, kiranya hilang kuasanya, dengan izin Tuhan, selamat semuanya). Siapakah “Gusti” yang dipanggil Sang Kyai dalam doa ini? “Dhuh Yesus Sang Ratuning Gêsang” (Wahai Yesus Sang Raja kehidupan)”, begitu Ki Ajar Kelud mengajarkan puji sembah dalam ibadah, “Putranipun Allah ingkang sampun ngawonkên ing pêjah, sawêr Tuwan rêmuk sirah…. (Sang Putra Allah yang telah mengalahkan maut, yang telah meremukkan kepala ular…), Amin” (Sukoco dan Lawrence M. Yoder, 2010:67).
Dengan apa yang diajarkan leluhurnya inilah, desa Bondo harus tetap dilestarikan dan dihidupi dalam tata nilainya. Untuk mendapatkan tata nilai Kekristenan memang secara fisik atau gebyar harus terlihat. Seperti saat ini sebagai kampung Kristen Bondo dengan banyaknya bangunan gerejanya.
Tentu bukan saja gereja yang terlihat tetapi tata cara kehidupan warganya harusnya bercirikan cara hidup kekristenan. Nah dalam upaya mendorong Bondo bercirikan kampung Kristen tersebut, salah satu upaya tahun ini akan menggelar Festival Bondo. Di mana dalam festival ini akan menggali sekaligus mempraktekannya antaranya dengan paduan suara, berkidung sembari berjalan (karnval) dengan harapan menguatkan kembali kearifan lokal dengan mengangkat kembali nilai-nilai Kristus.
Di mana dalam kidung ini seperti yang dilakukan KTW dalam melakukan setiap apa yang mau dikerjakan termasuk sewaktu babad alas. Dengan kidung atau rapal ini sebuah doa dan permohonan agar desa selalu selamat dari gangguan baik roh jahat maupun tangan-tangan jahat.
Namun terlepas dari upaya mengangkat kembali nilai-nilai sebagai kampung Kristen yang utama bagaimana Bondo harus menjadi berkat bagi Jepara dan sekitarnya bahkan bangsa ini. Bukan mustahil kalau dulu hutan lebat yang angkerpun bisa diubah dengan kekuatan dari Tuhan. Maka, kalau ada kemauan keras dari warganya pasti warga Bondo bisa menjadi berkat.
Warga Bondo harus bergerak dan percaya diri, optimis Bondo menjadi berkat, bukan sebaliknya menjadi beban.
Nilai Kristus harus dihidupi, semangat untuk merawat nilai-nilai luhur harus tetap dijaga sembari memadankan dalam kehidupan kekinian.
Keunikan desa Bondo adalah desa yang sebagian besar masyarakatnya menganut Nasrani. Di mana desa tersebut Dalam sejarah lisan maupun tertulis bahwa desa Bondo awalnya hutan yang cukup angker yang letaknya deket dengan pantai laut utara. Laut Guno Wongso diperkirakan tahun 1865-1870 adalah sosok yang diyakini orang yang babad alas atau membuka hutan di daerah yang kini berkembang menjadi sebuah desa yang masyakatnya memeluk agama Nasrani.
Dalam kisah desa Bondo berkembang bahwa Laut Gunowongso ini murid dari Kyai Tunggul Wulung sosok penginjil tanah Jawa. Di mana Kayai Tunggul Wulung (KTW) mendapatkan pewahyuan saat bertapa di gunung Kelud Jawa Timur. Melalui pewahyuan itulah kalau kemudian KTW meninggalkan hidup lama dan memutuskan menjadi duta kerajaanNya.
Penulis Ketua Umum Pewarna Indonesia