Ponpes Al Zaytun Dimata Wartawan Sinior

Opini
Bagikan:

Oleh Padmono SK

T3lusur.com Jakarta Saya tidak punya kaitan apa-apa dengan Pondok Pesantren Al Zaitun. Kecuali pernah sekali ke sana dalam rangka ikut merayakan 1 Suro 1440 lalu. Tetapi terus terang saya merasa ngeri melihat serangan yang begitu ganas dari sebagian ulama dan ustadz terhadap pesantren tersebut. Berbagai tuduhan sesat dan penistaan agama diarahkan kepada Syakh  Panji Gumilang, pimpinan pondok itu. Seperti shalat berjamaah yang bersaf-saf dan berjarak, keikutsertaan perempuan dan kawan yang beragama lain dalam shalat, menyanyikan lagu salom Aleikhem, dll.

Atas berbagai tuduhan itu, yang bersangkutan  sudah menjelaskan secara gamblang dengan berbagai dasar ayat-ayat  yang juga dipakai oleh para penuduh.

Ngeri melihat keganasan para penyerang. Tetapi juga ada yang menganalisanya bahwa penyerangan itu bertujuan menguasai atau merebut aset ponpes yang bernilai triliunan dan sangat modern itu. Lalu dari segi ajaran, beberapa guru besar UIN Syarif Hidayatullah maju dengan mengatakan Syakh  Panji tidak salah. Bahkan mereka mengajukan diri sebagai saksi ahli ke bareskrim (semoga dipenuhi)

Kalau begitu apa sebenarnya yang sedang terjadi? Menurut saya Syakh Panji bukan anak kemarin sore yang baru belajar agama dan memproklamirkan diri sebagai ustadz di televisi dan media sosial. Dia membangun ponpes dengan konsep yang jelas dengan dasar pemahaman akan kitab sucinya.

Pemahamannya didasarkan pada penafsiran atas ayat-ayat kitab suci. Kalau persoalannya pada perbedaan penafsiran, dapatkah sebuah penafsiran dikatakan sesat? Siapa yang memiliki otoritas mutlak atas penafsiran, sementara peradaban manusia berkembang begitu pesat?

Apa kata para pejuang feminisme terhadap gagasan Syakh Panji soal perempuan berkhotbah di depan jemaah? Misalnya itu!
Dalam teologi, penafsiran yang kontekstual sangat dibutuhkan untuk menjaga relevansi sebuah ajaran. Untuk itu diperlukan kejujuran, keterbukaan dan kecerdasan tertentu. Tak sekadar manut karena menganut.

BACA  PILKADA DALAM KRISIS TRANSPARANSI PUBLIK

Salam cerdas

Penulis adalah budayawan dan wartawan sinior

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *