Jakarta t3lusur.com “Pancasila dengan segala kekurangannya, selama 77 tahun Indonesia mampu menjaga Indonesa. Apa kita mau ujicoba versi yang lain, tentu tidak. “Saya enggan berbicara dengan yang lain, saya setuju bagaimana memaknai Pancasila itu sendiri,” tegas Adian Napitupulu dalam diskusi bertajuk: Mempertahankan Demokrasi Pancasila di NKRI, Kamis (13/10) di Aula Gedung Juang Jakarta. Diskusi ini diselenggarakan Pena’98 dalam Rangka Memperingati satu tahun Wafatnya Sabam Sirait.
Anggota DPR RI kemudian menyinggung persentuhannya dengan senior Sabam Sirait yang mengajarkan sudut pandang berbeda, yang justru meminta anak muda sering-sering turun ke bawah.
“Jadi berbeda yang dikatakan Bang Bursah. Dalam satu diskusi di Salemba setelah berdebat lama,
Bang Sabam Bilang kamu kebanyakan baca buku, nanti kamu cepat tua sebelum waktunya. Anak muda harus dekat rakyat. Tugas kamu yang muda-muda ini harus turun ke bawah,” tutur aktivis 98 ini.
Ini menarik, karena Bang Sabam memotivasi kami anak muda, kalau mau dapat jawaban akan persoalan-persoalan sosial ya harus turun ke bawah. Demikian juga saat aktif ketika peristiwa 27 Juli selalu turun memotivasi.
“Jadi memang beda level Bang Sabam, Bang Panda, Bang Dharto jika dibandingkan generasi kini. Bagi mereka pakaian (penampilan) itu tidak penting, sebaliknya penting kualitas/bobot pemikiran yang disumbangkan untuk membantu rakyat,” imbuhnya.
Adian juga mengisahkan ketika suatu ketika dikepung di jalan karena turun berjuang, dan kemudian digebukin aparat. “Waktu itu saya tidur di sekretariat PMII Jakarta Timur. Satu-satu yang saya telepon Bang Sabam meski jam 2 pagi saat ditelepon dan beliau mengamgkat. Ini berkesan, terus saya ingat sampai selama ini,” saksi pentolan FORKOT ini.
Menurutnya, kalau mencoba teori sosial,pertanyaannya laboratorium di mana? Pasti di masyarakat, jika di sana akan mencoba terus menerus akankah baik? Kayaknya tidak. Jika teori-teori sosial diuji di masyarakat maka korbannya manusia.
Lalu, relevansinya dengan mempertahankan Pancasila, maka jangan bicara Pancasila jika masih masyarakat miskin, upah murah, kesenjangan sosial dan lain sebagainya. “Menurut saya mempercayai ideologi bangsa ini harus mampu menjadikan Pancasila menjadi jawaban. Menjawab semua persoalan-persoalan yang tadi disebutkan seperti mengentaskan kemiskinan, kesenjangan sosial dll,” tukasnya.
Maka terkait hal Ini, maka menjadi perjuangan kita bersama, termasuk kami anggota DPR, siapapun kita dan dibidang mana pun berperan maka Pancasila harus jadi jawaban menjadikan masyarakat Indonesia sejahtera.
Sebelumnya Burzah yang juga ketua Partai Bintang Reformasi (PBR) Bang Sabam memiliki pemikiran-pemikiran maju dan modern. Orang kayak gini tidak banyak di Indonesia dan sangat langka. Ia selalu mengingatkan tugas anak muda itu belajar, banyak baca buku, dengan itu kita bisa kemana-mana. Kalau tidak Indonesia ini tidak kemana-mana atau tidak maju,” kutipnya.
Oleh karena itu, kita musti kembangkan sinergitas, kelompok-kelompok nasional, agar tidak terputus dengan sejarah. Kita ini sering misink link. Kita tidak bisa serahkan SDA kalau kita tidak punya insinyur. YM