Jakarta t3lusur.com Diskusi Lintas Agama di Masjid Istiqlal Jakarta Tentang Nilai-nilai Spiritual Kebangsaan Nusantara, berlangsung lancar, meski jadual pelaksanaannya terpaksa diajukan pada pukul 13.00 sampai hingga berakhir pada pukul 16.00, karena Imam Besar Masjid Istqlal Jakarta Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar pada saat yang bersamaan diminta menghadiri acara penting yang diselenggarakan pemerintah. Meski begitu, Imam Besar Masjid Istiqlal tetap berkenan kembali untuk melanjutkan acara diskusi setelah memenuhi undangan pemerintah tersebut.
Sikap yang sangat positif itu diapresiasi dengan baik oleh para peserta baik yang berada langsung di Aula Masjid Istiqlal Jakarta maupun yang mengikutinya secara online m elalui zoom meeting. Sikap yang sangat simpatik dari Imam Besar Mesjid Istiqlal Jakarta ini diterima sebagai bentuk dukungan yang sangat membahagiakan tentang topik gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual bagi warga bangsa Nusantara – yang telah bersepakat membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia – guna memperbaiki tatanan berbangsa dan bernegara di negeri ini. Demikian ungkap Bunda Wati Imhar Burhanudin yang hadir besama anggota Aspirasi Emak-emak yang berada dibawah binaannya.
Pelaksanaan acara diskusi langsung dilaksanakan seusai sholat Jum’at, 11 Maret 2022 tepat pukul 13.00, hingga berakhir pada pukul 16.00, di Aula Masjid Agung Istiqlal Jakarta, yang dihadiri tidak kurang dari 75 orang peserta yang beragam mulai dari beragam tokoh agama yang ada di Indonesia. Sedangkan peserta aktif melalui zoom metting, juga diinformasikan cukup melimpah dari berbagai daerah dan pelosok tanah air.
Sambutan singkat dari Ketua Penyelenggara yang juga Ketua Pewarna Indonesia (Persatuan wartawan Nasrani Indonesia), Yusuf Mujiono sekaligus menghantar acara diskusi dengan nara sumber dan paparan pandangan tentang Spiritual Kebangsaan Nusantara dengan pengatar singkat oleh Ketua Pengarah, Eko Sriyanto Galgendu yang dipandu Thomas Gunawan, selaku Moderator, tampil diantaranya Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Eko Sriyanto Galgendu, Ketua Forum Lintas Agama dan GMRI, Kardinal Prof. Ignatius Suhayo karena sedang menerima Kedutaan Besar Jerman hingga diwakili oleh Romo Antonius Suyadi. Menyusul kemudian Banthe Dammasubbho Mahathera, Ida Rsi Wisesanatha, tokoh masyarakat adat dan sesepuh Spiritual Hindu Bali, di Bali.
Dari pihak penanggap, Yohanes H. Budhisejati, Ketua Vok Point Indonesia, Louis Mario Pakaila, Ketua PMKIT, Djasarmen Purba SH, Ketua MUKI, Brigjen TNI Harsanto Adi MM., M.Th., Fredrik J. Pinakunary SE., SH., Ketua Umum MUKI. Hingga diakhir dengan acara pembacaan Pesan Moral Kebijakan dan Harapamn oleh Prof.Dr. KH. Nasaruddin Umar MA., bahwa Pesan Moral Kebijakan dan Harapan menyerukan yang pertama untuk melakukan intropeksi serrta mawas diri terhadap berbagai tanda-tanda alam yang terus terjadi, mulai dari pandemic Copid-19 dan berbagai bencana alam, peperangan dan lain sebagainya. Kedua, dalam tatanan berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat agar senantiasa mengedepankan etika, sopan santun dalam bertutur kata, sebagai ciri khas dari bangsa yang berbudaya.
Ketiga adalah, untuk para pemimpin bangsa supaya berprilaku bijak dan dapat selalu menggunakan hati Nurani dalam menyelesaikan berbagai masalah. Dan yang terakhir, bahwa semua pihak hendaknya dapat selalu mengedepankan semangat untuk membangun secara bersama-sama guna memajukan segenap warga masyarakat di berbagai bidang kehidupan.
Pesan moral kebijakan serta harapan yang ditanda tangani oleh Pro. Dr.KH. Nasaruddin Umar MA., selaku Imam Besar Masjid Istiqlal, Romo Antonius Suryadi Pr, selaku Ketua Komisi Hubungan Antar Agama dan Kemasyarakatan Keuskuoan Agung, Jakarta., Bhikhu Dammasubbho Mahathera, Sesepuh Sangha Theravada Indonesia., dan Ida Rsi Wisesanatha, sesepuh Spiritual Hindu Bali., sera Eko Sriyanto Galgendu, Wali Spiritual Nusantara, yang juga mengharapkan agara pesan dan harapan ini tercapai dengan berpedoman pada ajaran keafrifan dari Ki. Hajar Dewantoro yang mengatakan bahwa Ing Ngarso Sung Tulodo (bahwa jika berada di depan sebagai pemimpin) hendaknya dapat memberikan contoh serta perilaku yang baik dan bijaksana.
Pesan dan ajaran moral dari Ki. Hajar Dewantoro itu mengingatkan pada ungkapannya tentang Ing Madyo Mbangun Karso, yang artinya bila berada di tengah hendaknya dapat ikut membangun atau memperkuat serta ikut mengembangkan kebijakan yang sudah dicontohkan para pemimpin yang berada di depan. Demikian pula dengan kandungan makna dari Tut Wuri Handayani, artinya bila berada di bagian belakang harus mampu dan ikut meneruskan kebijakan yang telah digariskan guna saling memperkuat dengan cara memberikan dukungan.
Pesan moral kebijakan dan harapan pada masa depan ini akan menjadi dokumen penting sejak ditetapkan dan dikeluarkan di Jakarta, sejak tanggal 11 Maret 2022 yang akan menjadi bagia dari tonggak sejarah gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual bagi bangsa dan negara Indonesia dalam menyongsong perdabadan baru manusia di bumi memasuki siklus perubahan setiap tujuh abad babak keempat seperti yang sedang berlangsung sekarang, yaitu perlihan memasuki abad ke-21.
Siklus perubahan setiap tujuh abad babak keempat sekarang ini, sedang terus berproses di dunia bagian Timur, karena memang gerakan kesadaran kebangkitan dan pemahaman spiritual dapat dipastikan tidak akan muncul dari dunia bagian Barat. Sebab semua potensi sefrta segenap warisan leluhur pada masa lalu itu telah menjadi energi penggerak dari gerkan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual bangsa Indonesia itu sungguh ada – dan hanya dimiliki oleh bangsa-bangsa Timur – bukan bangsa Barat. Khususnya dari bumi Nusantara yang telah menjadi Indonesia seperti yang ada sekarang.
Begitulah, potensi spiritual bangsa-bangsa Nusantara yang memiliki keberagaman suku bangsa, adat istiadat serta agama hingga kekayaan dan potensi alamnya dengan segenap kearifan lokal yang sungguh menakjubkan. Terutama untuk potensi dan nilai-nilai spiritual yang sungguh berlimpahan seperti termuat dalam adat istiadat, budaya serta filsafat maupun keberagamanan agama yang berasal dari langit. Karena kedekatan dari orientasi keagamaan itu relative lebih dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana yang tercantum dalam falsafat bangsa dan negara Indonesia, yaitu Pancasila.
Karenanya, tidaklah berlebih bahwa gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual yang sedang berproses sekarang ini akan segera mucul dari dunia belahan Timur, seperti yang diyakini GMRI yang dipimpin dengan segenap optimismenhya Eko Sriyanto Galgendu, yang sangat yakin dan percaya bahwa wali-wali spiritual sudah mulai menunjukkan putik-putik bunganya yang terus berkembang di negeri kita, Indonesia.Jacob Ereste
Jakarta, 11 Maret 2022