HP PANGGABEAN : INKULTURASI PERAYAAN IMLEK 2021 MENDUKUNG KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA

Liputan
Bagikan:

T3luusur, Jakarta-Perayaan tahun baru Imlek 2572 (Kongzili) tahun ini telah diselenggarakan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN), Minggu, 14 Feb 2021 secara virtual bertajuk “Doa Untuk Indonesia”.

Bapak Wapres, Ma’ruf Amin dalam acara itu berharap pemuka agama Khonghucu terus mendorong umat untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan. Menteri Agama, Yaqut Kholil Qoumas mengharapkan perlu penguatan identitas kebangsaan untuk melahirkan moderasi dalam beragama.

Sejalan dengan ulasan di atas, kami selaku pemerhati budaya Suku-suku Nusantara perlu menyampaikan 3 (tiga) aspek peranan inkulturasi perayaan Imlek dalam membina kerukunan umat beragama.

Aspek Budaya

Dalam paham agama Samawi (Yahudi, Kristen, Islam), menganggap keberadaan “agama” Khonghucu bukan tergolong agama, karena tidak memiliki buku kitab suci sebagai landasan iman beragama. Akan tetapi eksistensi agama Khonghucu melalui perayaan Imlek telah menampilkan unsur-unsur budaya yang dapat mempersatukan umat Khonghucu di Indonesia.

Semenjak ditandatanganinya KEPRES No. 6/2000 oleh Presiden Gusdur tanggal 17 Januari 2000, ditetapkan perayaan Imlek sebagai libur nasional. KEPRES No. 6/2000 tersebut sengaja diterbitkan untuk mencabut INPRES No. 14/1967 yang ditandatangani Presiden Soeharto dengan isi melarang perayaan Imlek secara terbuka.

Mencermati perayaan Imlek sejak tahun 2000, perlu suatu kegiatan keagamaan yang diikuti pemberdayaan masyarakat (civil society) yang menampilkan makna kebaikan bermasyarakat. Mencermati perayaan Imlek tersebut, perlu diulas dalam 3 (tiga) aspek kebudayaan, yaitu :

  1. Aspek norma, yang menampilkan aturan bermasyarakat, dalam 3 (tiga) kegiatan, yaitu :
  2. Pulang bersama ke rumah orang tua untuk makan Bersama.
  3. Mohon doa berkat, sehat dan kasih sayang, yang secara khusus mendoakan orang tua.
  4. Bagi-bagi angpao tanda kasih sayang.
  5. Aspek nilai, untuk menjaga esensi kekerabatan saling menghormati didahului dengan ziarah ke makam orang tua.
  6. Aspek perilaku, berupa sikap kesolehan pribadi dan saling mendoakan sesama saudara.
BACA  Staff Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP : Pancasila sebagai Jati Diri Bangsa

Dengan penerapan ketiga aspek budaya Imlek tersebut, maka makna inkulturasi Imlek sudah perlu suku-suku Tionghoa untuk kajian perbandingan demi meningkatkan nilai kekerabatan suku-suku nusantara.

Aspek Agama

Perayaan Imlek dapat dinilai sebagai wujud moderasi dalam beragama yang dilatarbelakangi dengan sikap kesolehan sesama warga suku Tionghoa. Secara khusus Gereja Roma Khatolik telah sering merayakan acara perayaan Imlek di lingkungan anak-anak remaja gereja yang diikuti acara bagi-bagi angpao.

Di banyak daerah di Indonesia, warga Tionghoa telah banyak menganut agama Khatolik karena merasa bebas melaksanakan kegiatan perayaan Imlek setiap tahunnya.

Kitab Injil telah dapat dicermati memberikan dukungan terhadap 3 (tiga) aspek budaya perayaan Imlek, yakni : 1). Norma, 2). Nilai, dan 3). Perilaku perayaan Imlek, yaitu :

  1.          Mengucap syukur untuk penyertaan Tuhan sepanjang tahun ( 1 Tesalonika 2 ayat 28).
  2.          Menghormati melalui doa orangtua (Efesus 6 ayat 2-3).
  3.          Mengunjungi dan mendoakan saudara (1 Yohanes 4 ayat 21)
  4.          Berbagi kasih dalam bentuk makanan/ uang (2 Korintus 9 ayat 7)

Aspek Kenegaraan

Penerapan 3 (tiga) aspek inkulturasi perayaan Imlek, dapat juga dicermati untuk disandingkan dalam proses Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Pemasyaakatn nilai-nilai Pancasila sangat tepat dilandasi sikap perilaku kesolehan setiap warga suku-suku dalam menerapkan norma-norma dan nilai-nilai budaya suku-suku dalam membina solidaritas kebangsaan yang berperikemanusiaan.

Oleh .HP PANGGABEAN, SH.,MS.

KETUA DPN KERUKUNAN MASYARAKAT HUKUM ADAT SUKU-SUKU NUSANTARA (KERMAHUDATARA)

Email. Eviana_dian@yahoo.com

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published.