Pdt Dr. Yohanis Henukh Teroris Tidak layak hidup di Negara Pancasila

T3LUSUR
Bagikan:

Jakarta, t3lusur.com-Aksi teror yang ditengari dilakukan teroris kembali terjadi di Desa Lembantongoa, Sigi, Sulawesi Tengah, empat orang dalam satu keluarga tewas setelah mengalami penganiayaan oleh orang tak dikenal pada 27 November 2020. Para pelaku juga membakar enam rumah warga dan satu rumah tempat pelayanan umat Kristen jemaat Bala Keselamtan.

Akibat pembunuhan sadis tersebut,  pemerintah kembali mengeluarkan kebijakan untuk memperkuat pasukan satuan tugas ( Satgas) Tinombala guna mengusut bahkan mencari para pembunuh satu keluarga di Desa Lemban Tongoa (Lembantongoa), Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Terkait insiden di Sigi, Ketua STT Pokok Anggur  DR. Yohanis Henukh memberikan pandangannya disela-sela kegiatanya menghadiri wisuda STT STIJA dibilangan Jakarta Timur, masih  terkait insiden yang lagi-lagi menimpa umat Kristen sebagai sikap intoleransi dalam kehidupan masyarakat.

Yohanis melihat kejadian tersebut mengaskan terumata dilihat  dari sisi teologis  yang dihadapi orang Kristen di Lemban Tongoa. “Saya melihat kembali kepada sejarah kekristennan,  ketika gereja Yerusalem dimana Stefanus dibunuh oleh orang yang tidak bertanggung jawab di sepanjang gereja ada dari abad pertama, kedua dan ke tiga terjadi pencerahan, tetapi sepanjang gereja ada. Orang Keisten ada penganiayaan terus berjalan sampai akhir jaman itu jika dilihat dari sudut pandang teologis”, terang ayah dua putri ini.

Namun lanjutnya di negara kita yang menganut faham Pancasila ini, seharusnya tidak terjadi tindakan yang brutal seperti itu, kenapa karena landasan kita Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika di mana artinya berbeda tetap satu.

Persoalannya karena terorisme ini mempunyai ajaran atau doktrin tersendiri yang mana kita sendiri tidak paham apa yang dipercayai mereka.

Artinya jika untuk urusan teroris dan keamanan ini adalah aparat dalam menegakkan masalah hukumnya, memang ada sebagaian masyarakat yang menganggap kalau aparat tidak mengatisipanya, menurut bapak yang lama mengbadikan diri di STT SETIA Jakarta dan pendiri dari ST STIJA ini bahwa aparat sudah berupaya mengantisipasi, persoalannya semata karena aparat yang terbatas. Oleh sebab itu aparat tidak selamanya menjaga setiap keluarga atau setiap detail daerah  karena keterbatasan tadi.

BACA  Presiden Jokowi Sampaikan Dukacita atas Musibah Sriwijaya SJ 182

Sebagai tokoh dari Indonesia Timur yang lama malag melintang di Jakarta ini Yohanis berharap agar aparat bertindak cepat, puji syukur sekarang pihak pemerintah sudah turunkan tentara dan polisi di daerah tersebut.

Dalam kondisi seperti ini Yonahis mengapresiasi sikap pemerintah tetap konsisten  dengan tidak membiarkan teroris  ada di negara ini, walaupun masih ada beberapa teroris yang melakukan teror. Kemudian dalam keyakinan yang ada  di dalam alkitab tentang orang jahat dan orang baik, Yohanis menukil suatu ayat bahwa lalang dan gandum tetap tumbuh bersama-sama, tinggal kapan itu memisahkan yakni masa penghakiman itu datang.

Menyikapi kondisi ini selaku seorang pendidik yang sekaligus hamba Tuhan Yohanis mengajak umat semua, pertama bersabar  dan doakan musuh, karena kita tidak boleh kejahatan dibalas dengan kejahatan. Karena di atas segalanya ada yang lebih berkuasa yakni Tuhan yang bagi umat Nasrani dibilang Kristus yang adalah raja segala raja untuk mengadili kita pada akhir zaman.

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *