Jakarta, t3lusur.com-DBahaya pandemi corona ternyata tidak serta merta para pengguna narkoba berhenti ataupun berkurang, “Saat pandemi ini justru pengguna dan bandar narkoba makin bertmbah’, ujar Jeffry Tambayong Ketua umum GMDN dan juga Fokan ini, sebuah lembaga atau ormas yang bergerak dalam penanggulan narkoba.
Maka tak heran di tengah aparatur Negara TNI, Polri, dan masyarakat disibukkan memutus mata rantai penyebaran covid-19 para bandar narkotika sibuk memanfaatkan peluang menyebarkan dan mendistribukan barang haram tersebut pada masyarakat. Fakta dilapangan tersebut terungkap dengan Kapolri Jenderal Idham Azis memimpin acara pemusnahan barang bukti narkotika jenis sabu seberat 1 ton di Polda Metro Jaya, Jakarta. Barang bukti tersebut merupakan hasil sitaan tiga tangkapan yang dua di antaranya merupakan jaringan internasional.
“Kasus narkoba ini memang sudah sangat memprihatinkan, salah satu kasus extraordinary yang harus kita tangani bersama-sama. Kita bentuk Satgas Merah Putih, Satgas ini dulu yang bentuk Pak Kapolri Tito Karnavian tanggal 26 Juli 2016. Kebetulan waktu itu saya dipercayakan untuk menjadi Dansatgas,” tutur Idham di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Kamis (14/7/2020).
Jefri Tambayong Ketua GMDN (Garda Mencegah dan Mengobati) dan Ketum FOKAN (Forum Organisasi Kemasyarakatan Anti Narkoba Nasional) ditemui dikantornya yang baru di sekitar jalan Malaka Jakarta timur Selasa (14/07/2020) mengungkapkan bahwa bahwa peredaran narkoba dari hari ke hari terus bertambah “Ini sebenarnya bagaikan fenomena gunung es apa yang kita lihat didepan mata sangat berbada dengan apa sebenarnya yang ada pada lapisan bawah yang jauh sekali lebih besar, pada waktu Pak Budi Waseso masih memimpin BNN dan memimpin penangkapan di Cengkareng jakarta barat yang beratnya hampir satu ton mengatakan yang beredar dimasyarakat mencapai 500 ton pertahun, jadi yang ditangkap dan dimusnahkan Kamis (14/7/2020) sebenarnya bagian kecil yang beredar di masyarakat jadi belum sampai 10 persen yang dimusnahkan” ungkapnya.
Lebih lanjut Jefri menanmbahkan “Kegelisahan Kapolri dapat kita pahami sebagai kondisi yang mengerikan terhadap bangsa dan negara, kehancuran negara yang disebabkan oleh narkoba sudah didepan mata, negara Cina yang mempunyai kekuatan besar bisa kalah dengan serangan candu dan disebut dengan perang candu. Narkoba di Cina dan Malaysia dilarang tapi kenapa narkoba ber ton ton bisa masuk dari Cina dan Malaysia, Nigeria, Pakistan, dan Belanda masuk ke Indonesia dengan ribuan pelabuhan resmi dan pelabuhan atau jaringan tikus. Peringatan dari Kapolri pada aparat Kepolisian jangan main main harus dipahami semua lapisan masyakat. Kalau para tokoh masyarakat, anggota masyarakat, aparatur negara, dan pemuka agama sekalipun sudah terikat narkoba maka negara sudah diambang kehancuran ” ungkapnya.
Mengingat ancaman narkoba yang sudah begitu mengkuatirkan, Jeffry mengajak gereja untuk peduli dengan cara menyediakan tempat untuk rehab, baginya untuk menyembuhkan pemakai rehab adalah langkah yang tepat. Disisi lain gereja juga peduli untuk mengirimkan orang-orang mudanya untuk dilatih cara penanggulangan narkoba sekaligus dilatih untuk merehab para pecandu.
“Inilah saatnya para tokoh masyarakat, tokoh agama, para wartawan mulai mesosialisasikan bahaya narkoba, mulai konsultasi dan menyadarkan korban narkoba yang sudah terpapar kembali kejalan yang benar” pungkasnya.