Di Kampus UKI Legislator Adian Napitupulu Menimba Ilmu

T3LUSUR
Bagikan:

Jakarta, t3lusur.com-Politisi yang terkenal sangat vokal Adian Napitupulu, yang saat ini duduk sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Adian sendiri  masuk ke FH UKI tahun 1991, terdorong karena ayahnya seorang Jaksa waktu itu dan dua abangnya sudah lebih dulu masuk ke Prodi yang sama.

“Di samping itu saya melihat UKI sebagai salah satu universitas yang fakultasnya beragam dan saya bisa punya banyak teman untuk dapat banyak pengetahuan.Misal,saya mau tahu tentang ekonomi saya duduk dan ngobrol dengan teman-teman di situ,” jelas kelahiran Manado 49 tahun ini.

Jika dia cukup lama menyelesaikan kuliahnya bukan karena ia malas, tapi situasi sosial politik saat itu yang dirasanya menghambat dia. Adian saat itu sering ikut di lokasi mimbar bebas padahal ia tengah bersiap menyusun skripsi. Mahasiswa yang sering hadir di mimbar bebas,kata dia, banyak yang ditangkap membuat ia merasa dirinya tidak aman untuk datang ke kampus.

Bertahun-tahun ia jadi tidak kuliah,dan menurut dia hutang biaya kuliahnya jadi banyak,sedangkan ia tidak punya uang untuk melunasi. Bersyukurlah dia karena akhirnya ada dua orang yang membantunya melunasi biaya kuliahnya,yakni Hobbes Sinaga Dekan FH UKI saat itu  dan Maruli Gultom yang waktu itu menjadi ketua IKA UKI.  Ia pun mendaftar ulang dan berhasil menyelesaikan kuliahnya.

“Banyak sekali pengalaman dan pengetahuan yang saya dapatkan dari aktivitas pergerakan yang saya lakukan saat itu. Mata saya terbuka terhadap realitas sosial,politik,hukum,dan ekonomi yang mungkin jarang bisa kita dapatkan di bangku kuliah formal,” kata dia lagi.

Dan ia juga katakan, ilmu hukum yang dimilikinya bermanfaat baginya sebagai legislator sehingga tidak punya kesulitan mempelajari dan memahami UU berikut peraturan di bawahnya.

BACA  Hendra Krisnawijaya Menganggap Ombudsman Tidak Netral dan Tak Sesuai Fungsinya

Untuk seseorang berhasil, menurut dia,  jika dilihat dari aspek kemanusiaannya hanya ditentukan oleh 1% uang, 1% relasi, 1% nasib baik, 1% ijazah dan 96% kerja keras.

“Artinya kerja keras akan melatih kita untuk kuat, tahan banting, tidak mudah menyerah dan fokus pada tujuan. Menurut saya hidup dan kehidupan tidak pernah memberi tempat bagi orang-orang yang manja,” sarannya untuk mahasiswa yang bakal menjadi alumni.

Kerja keras,masih kata alumni FH UKI tahun 2007 ini, membuat kita mau mencari jawaban dari persoalan-persoalan. Dan ketika kita punya banyak ide, pengetahuan dan pengalaman yang lahir dari kerja keras tadi membuat kita dibutuhkan orang-orang, termasuk negara.

Negara,lanjut dia, punya banyak persoalan yang membutuhkan orang-orang kreatif yang bisa memberi jalan keluar dari persoalan. “Kira-kira begitu contoh kecil jika seseorang ingin mendapatkan hasil dari ilmu yang didapatnya,” saran dia. (ics)

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published.