Pdt. Jusuf Agustian S.Kom., M.Th. Ibadah Di Rumah Memperkuat Hubungan Anggota Keluarga

Liputan
Bagikan:

Jakarta, t3lusur.com-Pemerintah membuat Seruan larangan untuk berkumpul, sekaitan dengan upaya memutus penularan virus Corona atau Covid 19, dari seruan itu salah satu yang terkena dampak adalah pelarangan di rumah-rumah ibadah termasuk gereja.

Menanggapi adanya tidak boleh ibadah bersama di gereja, Pdt Jusuf Agustian  gembala jemaat Gereja Bethel Tabernakel (GBT) Kelapa Gading ini meresponinya, Minggu, 29/03/20, Jakarta.

“Saya melihat itu bukan larangan ya, dalam artian tidak boleh ibadah tetapi itu kebijakan yang diambil demi keselamatan bersama. Itu himbauan yang sangat bagus karena memang ada wabah”, tandas Jusuf serius.

Sekali lagi konteksnya bukannya pelarangan ibadah tetapi lebih pada kebijakan untuk keselamatan bersama. Itu sebuah himbauan yang bagus. Sekali lagi bahwa peraturan itu hanya semata untuk melindungi masyarakat dari penularan wabah corona.

Tentang tidak ibadah di greja tetapi disarankan ibadah di rumah dalam kitab Yesaya 26:20, yang menuliskan agar bangsa masuk dalam rumahmu dan tutuplah pintu sesudah engkau masuk dan bersembunyilah barang sesaat lamanya.

Berangkat dari ayat inipun kebaktian atau ibadah di rumah itu sudah dilakukan, apalagi ini hanya sesaat belum lagi saat jemaat mula-mula ibadah toh juga di tempat-tempat yang sepi.

“Saya kira yang namanya ibadah bukan harus di tempat ibadah tetapi bisa dilakukan di mana saja termasuk di rumah”, terang sekretaris umum Persekutuan Gereja Pentakosta di Indonesia (PGPI) DKI Jakarta ini.

Ada nilai yang lain dengan anjuran ibadah di rumah yakni, kalau selama ini banyak orang rajin pelayanan di luar bahkan sampai manca negara tetapi justru kurang dalam persekutuan ibadah di tengah keluarga.

Dengan ibadah di rumah keluarga akan semakin erat dan tambah kuat hubungannya dalam keluarga. Karena sebetulnya dengan keluarga yang kuat, gereja akan kuat, kotanya juga kuat demikian juga dengan bangsanya juga kuat.

BACA  Deklarasi Senkrisindo siap kerjasama dengan semua pihak

Menyikapi tidak dibolehkannya ibadah di gereja, Pdt Jusuf Agustiawan sendiri memanfaatkan tehnologi dengan siaran streaming.

“Dalam kondisi seperti ini dengan streaming paling tidak sebagai jembatan untuk beribadah bersama dari rumah masing-masing”, tuturnya.

Mengenai  anggapan kalau ibadah secara online kurang adanya persekutuan, Jusuf berkilah.

Unsur ibadah itu pertama memuji dan menyembah Tuhan dan itu bisa dilakukan, kemudian dalam ibadah itu menerima pesan firman Tuhan dan itu juga bisa dilakukan dengan streaming lalu mengenai persekutuan, mungkin secara besar ya tetapi bicara persekutuan toh dengan keluarga juga bisa bersekutu sekalipun dalam skala yang lebih kecil dan justru akan semakin memperkuat persekutuan yang kecil ini.

“Lagi pula ini kan sifatnya sementara, ke depan setelah semuanya kembali pulih persekutuan itu juga akan kembali berjalan seperti biasanya”, ungkap gembala yang kalem ini.

Berkenaan dengan pro kontra tentang pelarangan ibadah di gereja, Jusuf sekali lagi ini kan dalam kondisi masih dalam rawan wabah. Tetapi ke depan ini pekerjaan rumah, gereja agar mengedukasi jemaatnya. Kenapa, karena saat ini ada jemaat yang ternyata kontra terhadap ibadah secara online tetapi ada jemaat yang selama ini tidak ibadah tetapi dengan online malah dapat mengikuti ibadah.

Ke depan justru inilah yang harus dipadukan antara ibadah online dan ibadah di gereja sehingga semua jemaat dapat mengikuti ibadah.

Khusus di gerejanya sendiri mengenai ibadah secara online sudah dilakukan seperti saat Jakarta di landa banjir. Karena gereja terkena banjir, maka diadakan ibadah online, sepanjang itu malah ada jemaat yang di luar negeri merasa berterimakasih karena bisa ibadah bersama sekalipun dengan online.

Lalu tentang sikapnya kalau ada jemaat atau rekan pelayanan yang ternyarta terpapar virus corona, sudah seharusnya cepat memeriksakan diri dan terus terang sehingga akan sangat membantu jemaat lainnya agar tidak tertular.

BACA  Tri Adhianto Calkot Kota Bekasi Dari PDI P Santuni Ratusan Anak Yatim

Demikian pula dengan sinode yang anggotanya terkena virus Corona harus juga berani terbuka, toh ini bukan kutuk atau sakit yang menistakan tetapi memang benar wabah. Karena dengan keterbukaan tersebut akan meminimalisir penyebaran.

Terakhir sebagai hamba Tuhan, tetap mendukung dan berdoa untuk kebijakan pemerintah, dan jemaat harus juga mengikuti apa yang disampaikan pemerintah. Sementara bagi para korban baik yang dirawat maupun meninggal kiranya diberikan kekuatan dan yang sakit diberikan sehat dan pulih kembali.

Bagi pemerintah kiranya bijak dalam mengambil keputusan sehingga akan membawa dampak yang lebih baik untuk segera keluar dari virus corona yang membuat semua prihatin dan terhambat, pungkasnya.

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published.