PGI Wilayah DKI Jakarta Gelar Ibadah Natal dan Tahun Baru Merupakan Ajang Oikumene

T3LUSUR
Bagikan:

Jakarta, T3lusur.com-Perayaan Natal dan Tahun Baru Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Wilayah DKI Jakarta berlangsung meriah hikmat. Perayaan diselengarakan di Gereja Kristen Rahmani Indonesia (GKRI) Rawa Buaya, Jakarta Barat (11/01/20), setelelah tahun sebelumnya dirayakan di GPIB Nazareth di Rawamangun,Jakarta Timur.

Ketua panitia yang sekaligus tuan rumah dalam kata sambutannya, merasa lega setelah usai perayaan natal PGI W DKI Jakarta, diakuinya awalnya sempat dag dig dug lantaran belum lama daerahnya di landa banjir. Tetapi puji Tuhan terang ketua panitia, ternyata saat perayaan cuaca cukup baik sekalipun sempet gerimis, namun semua bisa berlangsung dengan baik. Di kesempatan itu pula sebagai tuan rumah merasa bangga karena dipercaya sebagai tuan rumah untuk perhelatan oikumen umat Kristen DKI di bawah PGIW.

Sedangkan Pdt. Erik Edward Hetaria dalam khotbahnya menyampaikan peristiwa Natal adalah peritiwa dimana damai itu datang, peristiwa natal adalah shalom, datangnya damai sejahtera dan sukacita bagi setiap orang.

Pdt Edward Hetaria mengatakan bahwa damai sejahtera itu harus hadir bukan hanya saat kita merayakan natal, tetapi harus kita pelihara dalam hati dan perbuatan kita untuk selama-lamanya.

“Karena Natal sering sekali menjadi tempat persinggahan damai itu sendiri, usai Natal damai itu hilang. Kita jangan seperti itu, karena Tuhan mengutus dan perintahkan kita untuk menghadirkan damai sejahtera dan kasih” tegas Pdt. Erik Edward Hetaria.

Pdt. Edward Hetaria yang lahir dan besar di Surabaya ini menyampaikan pengalamannya tentang orang yang tahu isi Firman Tuhan, tetapi tidak melakukannya. Lewat cerita pengalaman itu, ia menjelaskan bahwa pengenalan akan Tuhan adalah lewat perbuatan yang sesuai dan sekehendak dengan perintah Tuhan.

BACA  Up Date Terkini Kondisi Mahasiswa STTB yang Positif Corona di Wisma Atlit Jakarta

“Damai sejahtera itu kita mulai dari skop yang kecil, kita hadirkan damai itu. kalau itu belum kita terapkan, gimana kita mau menerapkan dengan yang lain” ucapnya.

“Mari kita hadirkan damai sejahtera itu, hadirkan kasih untuk sesama manusia, bahkan untuk yang berbeda iman sekalipun” jelasnya.

Ketua panitia dalam sambutannya melaporkan seputar pelaksanaan perayaan Natal dan menyampaikan rasa terkejutnya karena banyaknya yang hadir diluar yang mereka pikirkan.

Ketua Sinode GKRI dalam sambutannya manyampaikan kalau tema Natal yang dibuat PGI dan KWI “Jadilah Sahabat Bagi Semua Orang” sangat bagus, supaya kita senang bersama, nangis bersama, Karena kalau nangis sendiri, tertawa sendiri, menyanyi sendiri, ujung-ujungnya gila sendiri.

Ketua sinode GKRI mengaku sangat senang bisa ada ditengah acara perayaan, ditunjuk menjadi tuan rumah, dia berharap agar kebersamaan yang ada tetap terjalin.

Jimmy Lumintang yang hadir sebagai Tokoh Masyarakat dalam sambutannya menyampaikan ada aspek hidup yang bergeser dalam hidup kita, termasuk dalam kristen juga, suka atau tidak suka kita menerapkan pergesaran itu.

Jimmy Lumintang, Rektor STT IKAT ini menyampaikan kalau PGIW Jakarta adalah media dan sarana untuk kita semua saling bersatu dan membangun.

Pdt. Manuel Raintung, Ketua PGIW Jakarta ini mengawali sambutannya dengan menjelaskan tentang penunjukan tuan rumah perayaan Natal, bahwa penunjukan gereja sebagai tuan rumah perayaan dilakukan secara bergiliran.

“Semua sama, karena masih wilayah DKI Jakarta, jangan ada yang merasa kejauhan, karena memang kadang perayaannya di daerah Barat, Selatan, Timur, dan semua sama” ucapnya.

Pdt. Manuel Raintung menyampaikan kalau indek kerukunana umat beragama, khususnya di Jakarta kurang baik. Sesuai dengan hasil penelitian puslitabang yang menempatkan DKI Jakarta diurutan 26 atau 27 sebagai kota toleran.

BACA  Nilai-nilai Spiritual Yang Patut Diperhatiakan Untuk IKN di Penajaman, Kalimantan Timur

“Artinya Jakarta tergolong daerah yang tidak toleran, ini juga akibat kerjasama antar agama di DKI juga kurang” ucap ketua PGIW DKI Jakarta.

“Oleh karena itu, tema natal yang dibuat oleh PGI dan KWI sangat tepat dalam situasi kondisi Jakarta saat ini” ucapnya.

“Dari indek kerukunan agama tersebut, harusnya mendorong dan memicu gereja hadir sebagai pelopor keberagaman yang toleran untuk mengubah potret merah Jakarta yang tergolong sebagai daerah intoleran” ucapnya.

Diakhir sambutannya, ketua PGIW Jakarta ini menyampaikan agar pendeta hadir sebagai aktivis oikumene. Dan Teknologi kita yang semakin maju, jangan sampai merusak tatanan kehidupan, yang berdampak pada krisis tatanan dan nilai-niali sosial.

Sebelum ramah tama dan makan malam, salah satu pengurus PGIW Jakarta memberi informasi untuk gereja yang ingin mendapatkan bantuan pemerintah, agar mengurus persyaratan dan kelengkapan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *